Beranda

Tuesday, June 5, 2007

Kepalan XIX PLH SIKLUS ITS







KEGIATAN PASCA LANDAKS D XIX
PENCINTA LINGKUNGAN HIDUP SIKLUS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA


Eksotika Pantai Sanggar
Sejauh mata memandang hanya keindahan alam yang terpampang. Gugusan terumbu karang yang indah membentang, ukiran tebing-tebing karang cadas yang memesona, gelombang ombak yang dahsyat serta rerimbunan sejuk pohon tipe ekosistem pantai yang semuanya memang menyuguhkan eksotisme tersendiri.Asrinya kawasan ini tetap terjaga karena belum terjamah oleh banyak orang.Tak jarang setiap pengunjung yang ke pantai itu menjadi terpukau oleh suasana alami dan sejuta pesonanya. Pantai yang membentang luas dan berpasir putih ini sejujurnya dapat dikatakan sebagai surga alami yang terpendam.


Pantai Sanggar terletak di Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pantai ini berjarak sekitar kurang lebih 35 km dari pusat kota. Secara geografis pantai ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan. Hal inilah yang menyebabkan ombak di Pantai Sanggar sangatlah besar. Ketinggian ombak ketika pasang bisa mencapai kurang lebih 4 s/d 5 meter. Maka diperlukan kewaspadaan ekstra bila ingin berkunjung kesana karena ombak tidak bisa diduga datangnya dan sewaktu-waktu bisa juga mengancam keselamatan pengunjung.

Di sebelah utara pantai ini berbatasan langsung dengan hutan lindung milik Perhutani. Secara umum vegetasi hutan tersebut sangatlah rapat, terdiri dari berbagai tipe flora yang beraneka-ragam.Hutan di kawasan tersebut berjenis heterogen yang secara umun terdiri dari pohon-pohon berakar gantung yang besar-besar. Namun patut disayangkan bahwa sekarang telah terjadi kerusakan hutan yang signifikan akibat adanya penebangan liar yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat setempat maupun dari perusahaan kayu ilegal yang tidak bertanggung jawab.

Di sebelah timur Pantai yang tak berpenghuni ini berbatasan dengan Pantai Ngelur.Untuk menuju ke pantai Ngelur di butuhkan waktu sekitar 15 menit dari Pantai Sanggar.Antara Pantai Ngelur dengan Pantai Sanggar dibatasi oleh tebing karang cadas yang menjulang tinggi. Pantai Ngelur ini juga merupakan pantai yang masih alami dan mempunyai pemandangan yang indah pula. Lebih ke arah barat lagi terdapat Pantai Ujung Setran yang konon katanya mempunyai legenda ”Pasetran Gondo Mayit” yang berarti tempat penampungan tulang belulang di sebuah gua dekat pantainya. Namun sekarang gua tersebut sudah runtuh dan cerita tentang keangkeran gua dan bukit ”Gondo Mayit”tersebut kini hanyalah tinggal kenangan.

Sebelah barat Pantai Sanggar masih terdapat pantai-pantai yang masih perawan dan jarang dikunjungi antara lain pantai Watu gebang, Pantai Ujung Pakis, pantai Ujung Watu Gladhak, dll. Namun untuk akses menuju kesana sangatlah sulit dan beresiko karena jalur/vegetasi di sana masih sangat rapat dan tidak begitu jelas jalan setapaknya. Secara keseluruhan kawasan Pantai Sanggar memang tak kalah menarik dibandingkan dengan pantai-pantai yang ada di Kabupaten Tulungagung. Pantai ini memang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata. Namun pengembangannya menemui banyak kendala hingga sekarang. Untuk mencapai pantai ini ditempuh melalui perjalanan darat lewat dusun terdekat yaitu Dusun Ngelo, dapat ditempuh kurang lebih sekitar 2 jam (30 menit melewati hutan dan 1,5 jam menyusuri sungainya). Mungkin jalur ini tak terlalu beresiko karena jalan setapak yang ada sudah cukup jelas arahnya. Setelah itu tinggal mengikuti alur sungai yang berkelok-kelok menuju ke Pantai.

Namun dibalik keindahan Pantai Sanggar tersimpan sejuta misteri yang belum terkuak, diantaranya banyak cerita mistis-mistis yang merebak di tengah masyarakat mengenai Pantai Sanggar. Pantangan yang harus dipatuhi pengunjung ketika berada di Pantai Sanggar yaitu dilarang membuang kulit jeruk dan pisang ke air laut, berteriak-teriak, bertepuk-tangan serta memakai wewangian yang terlalu merebak. Hal ini mungkin merupakan suatu tanda jika kita berada di alam bebas sebaiknya berhati – hati, dan mengetahui adat – istiadat daerah setempat.

Di pantai ini juga terdapat gua sarang burung walet yang dulu banyak dieksploitasi masyarakat. Tetapi sekarang masyarakat sudah mulai jarang kesana karena banyak kecelakaan yang menimpa para pencari sarang burung walet sebab letak gua tersebut sangat curam dan berada langsung di tengah-tengah tebing. Untuk menuju ke gua ini cukup sulit karena harus melewati tebing-tebing yang curam dan terjal. Dalam mencari sarang burung walet pada umumnya masyarakat menggunakan cara tradisional yaitu dengan merakit sejumlah bambu-bambu yang di gunakan sebagai pijakan pada tebing-tebing. Cara ini relatif beresiko karena akan membahayakan keselamatan masyarakat itu sendiri.

Untuk base camp tempat menginap, ada dua lokasi yang dapat dipilih para pengunjung dengan menyesuaikan keadaan pasang surut air laut. Jika waktu berkunjung mendekati pertengahan bulan (tanggal 15) maka lokasi yang cocok untuk base camp adalah di bukit sebelah timur. Namun jika sebaliknya maka dapat menginap di pesisir sebelah barat Pantai Sanggar. Di tempat tersebut ada semacam pohon bakau untuk tempat berteduh dan berlindung. Demikianlah sepenggal kisah dari perjalanan yang telah dilakukan oleh Pencinta Lingkungan Hidup Siklus ITS. Tidak ada suatu hal yang lebih bermakna selain memperkenalkan pantai nan indah dan menawan ini kepada khalayak umum. Mudah – mudahan harapan masyarakat Dusun Ngelo atas pengembangan Pantai Sanggar menjadi kawasan pariwisata dapat terealisasi.


Pantai Sanggar dan Masyarakat Dusun Ngelo



Analisa yang kami lakukan berkisar tentang hubungan masyarakat di Dusun Ngelo, Kecamatan Tanggunggunung, dengan Pantai Sanggar yang akan kami tuju, beserta keadaan hutan di sekitarnya. Secara khusus hal yang kami analisa dari masyarakat adalah: sejarah yang berhubungan dengan Pantai Sanggar, latar belakang masyarakat, kebudayaan, manfaat Pantai Sanggar, peran serta masyarakat terhadap kelestarian Pantai Sanggar, dan keadaan hutan di sekitarnya.

Rupanya di Pantai Sanggar dan sekitarnya cukup banyak cerita yang beredar. Menurut penduduk banyak hal-hal gaib tentang Pantai Sanggar dan daerah di sekitarnya. Misalnya cerita tentang munculnya raksasa “buto ijo”, lokasi Pantai Sanggar sebagai tempat pertempuran dua orang pendekar , munculnya hantu seorang putri cantik, bahkan adanya tempat pesugihan tak jauh dari sana. Mengenai sejarah Pantai Sanggar sendiri, konon hutan di sekitarnya dulu merupakan tempat penguburan para romusha, budak penjajahan Jepang yang mati. Selain itu ada pula yang berpendapat nama Sanggar berasal dari kata pesanggrahan yang berarti tempat singgah karena zaman dahulu digunakan sebagai tempat singgah oleh para pengembara.

Pendidikan masyarakat sendiri hanya sampai SMP, saat ini sudah ada yang sampai SMA setelah itu mereka langsung bekerja baik sebagai petani ataupun nelayan. Alasan yang mereka kemukakan mengenai tidak dilanjutkannya pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah masalah biaya. Ada pula beberapa wanita dari desa ini yang menjadi TKW di Malaysia atau Hongkong. Hubungan masyarakat dengan dunia luar salah satunya pada pemasaran hasil bumi mereka, itupun melalui penyalur yang datang ke desa. Selain itu, banyak juga penduduk desa yang merupakan pendatang dari desa-desa di sekitarnya.

Kehidupan masyarakat di sana benar-benar menunjukkan suasana kekeluargaan yang erat. Mengenai kebudayaan setempat, penduduk yang rata-rata beragama Islam ini memiliki kebiasaan melakukan kenduri atau yang biasa disebut kenduren, tak jauh beda dengan kebudayaan masyarakat Islam di Jawa lainnya. Tapi ada pula penduduk yang mengatakan tentang adanya kebiasaan nglarung/labuh laut atau melarungkan sesaji di laut.

Kepala Desa Jengglung Hardjo sendiri, Sumari, berharap agar kawasan hutan di sekitarnya tetap dijaga kelestariannya serta dimanfaatkan untuk pariwasata. Objek pariwisata yang diutamakan adalah Pantai Sanggar dan hutan serta gunung sebagai akses masuknya yang masih alami serta menjadi ciri khas tersendiri. Selama ini Pantai Sanggar belum dikenal oleh masyarakat luas, padahal keindahannya tak kalah dari pantai-pantai wisata lainnya, begitu menurut Bapak yang diiyakan oleh beberapa warga masyarakat Dusun Ngelo.

Begitulah wawancara kami dengan penduduk Dusun Ngelo dalam Analisa Sosial Masyarakat mengenai hubungan penduduk dengan lingkungan sekitarnya dalam hal ini pantai dan hutan, yang akan kami tuju dan lalui dalam kegiatan penjelajahan alam kami. Saat itu kami sudah tak sabar ingin segera melihat sendiri keindahan Pantai Sanggar yang baru Kami dengar dari penduduk tersebut. Semoga harapan warga mengenai keadaan yang lebih baik mengenai lingkungannya akan tercapai dan ada usaha untuk mewujudkannya.

Analisa Vegetasi Pantai Sanggar



Analisa vegetasi merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam KEPALAN (Kegiatan Pasca Landaks) D XIX di Pantai Sanggar, Dusun Ngelo, Tulungagung. Analisa vegetasi ini dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis tanaman apa saja yang ada di sekitar Pantai Sanggar. Pada analisa vegetasi kali ini kami menggunakan metode kuadran dikarenakan metode yang paling mudah dan akurat berkaitan dengan jenis medan yang dicapai. Lagi pula hutan yang di kunjungi belum diketahui keadaan vegetasinya.

Luas daerah yang di Analisa sekitar dua karvak, yaitu 2 km2 , setiap karvak luasnya 1 km2 dan untuk kevaliditasan data, sample yang di ambil minimal 10%, yakni kalau dihitung dalam plot sebanyak 20 buah plot dengan masing-masing plot seluas 100m2. Dalam satu plot pengamatan dibagi menjadi empat bagian atau kuadran. Vegetasi yang diamati dari tiap kuadran adalah pohon atau tiang yang terdekat dengan titik pusat. Parameter yang diamati adalah jarak antar pohon yang terdekat dengan titik pusat, diameter batang, keliling, dan luas bidang pohon.

Alat-alat yang dipakai dalam anveg kali ini adalah sebagai berikut :
1. Tali rafia 100mX100m 3 buah
2. Herbarium 3 buah
3. Alkohol 1 botol
4. kertas koran
5. kertas HVS

Dari data yang didapat terlihat bahwa kerapatan dari kawasan hutan dan pantai di sekitar pantai masih rapat, dan juga dapat terlihat grafik penyebaran spesies tanaman. Dimulai dari daerah hutan tanaman di dominasi oleh golongan pohon kayu buta, wesen dan ketapang. Sedangkan daerah yang mendekati pantai tanaman masih hampir didominasi oleh tanaman diatas tapi sudah mulai adanya tanaman pandan. Di daerah pesisir pantai tanamannya didominasi oleh pandan dan pohon waru. Untuk wilayah terakhir yang memasuki wilayah rawa-rawa tanaman sudah mulai adanya jenis tanaman bakau dan juga masih adanya pohon waru.. Secara keseluruhan pohon waru atau Hibiscus Tiliacetus, memiliki kerapatan yang paling tinggi yaitu 21.7%, kayu wesen atau Dadonae Viscosa menempati urutan kedua dengan prosentase kerapatan 19.7%, posisi ketiga ada tanjang atau Brugurera Gymnortyca dengan prosentasi kerapatan 15.66%, Pandacus Tectorikus menyusul dengan prosentasi kerapatan 15.14%, menyusul berikutnya ketapang atau Terminalia Catappa 10.27%.

Vegetasi di kawasan Pantai Sanggar memang cukup beragam, melalui analisa vegetasi ini diharapkan keanekaragaman tersebut dapat terjaga dan dapat menunjang potensi wisata dari kawasan Pantai Sanggar. Harapan kedepan mudah-mudahan kenenekragaman hayati hutan Pantai Sanggar tetap terjaga dari perbuatan ilegal loging maupun vandalisme agar kawasan tersebut masih tetap alami seperti sedia kala.


Artikel ini spesial kami persembahkan untuk masyarakat Desa Ngelo, Bpk. Bero selaku Bayan DusunNgelo, Bpk. Samiran selaku Kepala Dusun Ngelo, Kepala Desa Jengglungharjo atas nama Bpk Sumari serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu penyusunan artikel ini. Terakhir semoga harapan masyarakat desa Ngelo atas pengembangan kawasan Pantai Sanggar menjadi objek pariwisata dapat terwujud.



Pengirim :


Pencinta Lingkungan Hidup SIKLUS ITS
Sekretariat PLH SIKLUS ITS


Ruang L-100 Kantin Pusat ITS
Sukolilo, Surabaya


Telp. 0315597783


slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger