Beranda

Thursday, June 21, 2007

Antara Gunung dan Romantisme...

Mendaki gunung merupakan suatu aktifitas yang memang melelahkan. Namun dari aktifitas tersebut kita akan memperoleh banyak hal yang positif diantaranya adalah kedisiplinan, rasa solidaritas, rasa saling berbagi, jiwa yang pemberani, tabah untuk ditempa dan masih banyak hal-hal yang lainnya yang dapat kita peroleh dari aktifitas tersebut. Tak jarang aktifitas mendaki gunung dapat membentuk karakter, mental dan kepribadian seseorang. Seseorang yang pada mulanya sangat penakut, pada akhirnya dirinya akan berubah menjadi pemberani ketika menjalani aktifitas sebagai pendaki gunung. Dan masih banyak pelajaran dan hikmah-hikmah berharga lain yang dapat dipetik dari menjalani aktifitas yang sangat sarat akan tantangan tersebut. Saya yakin bahwa seseorang yang sangat menyukai kegiatan kepencintaalaman tidak akan rugi menjalani berbagai aktifitas di alam bebas seperti mendaki gunung (hiking), susur goa (caving), panjat tebing (rock climbing) dan sebagainya. Justru malah menambah manfaat yang sungguh sangat berguna bagi individu yang menjalaninya walaupun ditengarai bahwa sejumlah aktifitas tersebut mempunyai bahaya dan resiko tersendiri.

Dari berbagai pengalaman yang saya temukan, bahwa karakter dan kepribadian masing-masing individu atau seorang pendaki sangat tampak dan terlihat jelas ketika sedang mendaki gunung. Misalnya seorang yang memilki sifat yang egois akan lebih cenderung memimpin dan meninggalkan teman-temannya jauh di depan rombongan team serta banyak sekali watak dan tabiat seseorang yang terlihat jelas ketika mendaki gunung. Suatu saat ketika ada salah sseorang teman saya sedang berada di puncak gunung ia begitu terpesona oleh indahnya alam dan pemandangan di sebuah puncak gunung. Ia kemudian menorehkan tulisan pada secarik kertas kosong. dan ternyata apa yang di tulisnya itu? Ia menuliskan sebuah bait puisi dan kata-kata yang sangat puitis untuk mengungkapkan kekagumannya pada alam. Dari pengalaman ini dapat disimpulkan bahwa rasa romantisme dan berbagai perasaan lainnya akan muncul pada suatu saat ketika kita mendaki gunung. Dan seorang almarhum Soe Hoek Gie pun juga mengalami hal yang mungkin serupa. Ia banyak menulis puisi unutk mengungkapkan kekagumannya pada alam yang indah nan memesona. Seperti salah satu puisinya yang berjudul "Mandalawangi Pangrango" yang menggambarkan bahwa dirinya sangat mencintai alam dan keberanian hidup.

Mandalawangi Pangrango
Senja itu
Ketika matahari turun ke jurang-jurangmu
Aku datang kembali ke dalam ribaanmu
Dalam sepimu dan dalam dinginmu
Walau setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima dalam daku
Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintaku dan cintamu adalah kebisuan semesta

Malam itu
Ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali dan berbicara padaku
Tentang kehampaan semua
Hidup adalah soal keberanian
Menghadapi tanda tanya tanpa kita mengerti
Tanpa kita menawar
Terimalah dan hadapilah
Dan diantara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas jurangmu
Aku cinta padamu, Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup
Memang sifat kita terkadang banyak yang berubah setelah kita mempunyai "jam terbang" tinggi dari aktifitas mendaki gunung. Setelah sekian lama menikmati kebesaran Ilahi lewat serangkaian petualangan tersebut kita lama-kelamaan akan terbentuk sifat yang penuh kedewasaan. Percaya atau tidak silahkan coba melakukan aktifitas tersebut dengan teman-teman atau sahabat anda

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger