Beranda

Monday, March 17, 2008

"Kumis" Burung Juga berfungsi sebagai pengindera

Bulu yang memanjang di bagian muka satu jenis burung ternyata memiliki fungsi mirip kumis seekor kucing. Jadi, bulu tersebut bukan sekedar hiasan seperti dianggap selama ini.

Dikenal dengan nama auklet berkumis (Aethia pygmaea), burung ini menggunakan bulu tersebut sebagai sensor pengenal lingkungan sekitarnya untuk navigasi di kegelapan. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Behavioral Ecology edisi terbaru.

Hidupnya memang banyak dihabiskan di dalam lorong tanah dan hanya keluar di malam hari. Sampath Seneviratne dan Ian Jones dari Universitas Memorial St John Newfoundland, Kanada penasaran apakah bulu-bulu ini berfungsi sebagai sensor peraba. Untuk mengetes, mereka menangkap 99 ekor dan ditempatkan di dalam kubah yang menyerubai habitatnya lalu mengematinya melalui kamera video inframerah. Ternyata, burung-burung tersebut jarang sekali menabrak penghalang di dalamnya.

Bulu putih yang memanjang merupakan tipe yang disebut rictal bristle. Tipe ini pernah diduga memiliki fungsi sensorik namun tak pernah diuji sebelumnya.

Spesies Baru Burung Kacamata Ditemukan



Ada berita menarik bagi para birdwatcher yang sempet saya baca dari koran harian Kompas tentang penemuan spesies baru burung Kacamata di daerah Pulau Togian, Indonesia Timur. Kemudian saya kroscek lagi beritanya di internet dengan mesin pencarian google. Dan hasilnya ada sekitar 55.800 file atau artikel yang berhubungan dengan berita tersebut. Inilah berita selengkapnya yang saya cuplik dari antara news.com.

Cibinong, Bogor (ANTARA News) - Para peneliti Indonesia menemukan spesies baru burung Kacamata Togian (Zosterops Somadikartai) di Kepulauan Togian, Teluk Tomini, Sulawesi Tengah.

Tim peneliti dari Perhimpunan Ornitologi Indonesia (IdOU), Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan spesies baru burung Kacamata itu di pesisir beberapa pulau kecil di Kepulauan Togian.

Satwa itu diketahui hidup dan berada di Pulau Malenge, Pulau Batudaka dan Pulau Togian, kata Ketua Tim Peneliti, M Indrawan di Puslibtang Biologi LIPI, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jumat.

Burung Kacamata Togian pertama kali ditemukan dalam sebuah ekspedisi pada tahun 1996 oleh Indrawan dan Sunarto, peneliti lapangan dari Universitas Indonesia UI).

"Kami melakukan observasi lapangan sejak tahun 1997 hingga 2003," katanya.

Sementara pertelaan (deskripsi) jenis baru ini diselesaikan bekerjasama dengan ahli taksonomi dari Michigan State University, Amerika Serikat, Dr Pamela Rasmussen, yang mengamati spesies burung Asia.

Penemuan ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal ornitologi terkemuka di AS, Wilson Journal of Ornithology edisi Maret 2008.

Burung Kacamata merupakan kumpulan spesies yang bertubuh kecil, berwarna kehijauan dan umumnya memiliki lingkar mata berwarna putih. Jenis burung ini sangat aktif bergerak dalam kelompok-kelompok kecil.

Indonesia memiliki berbagai spesies Kacamata atau Zosterops. Berbeda dengan spesies Kacamata lain, Kacamata Togian tidak memiliki lingkaran putih di sekeliling mata. Mata berwarna kemerahan dan warna paruh lebih kemerahan dibanding spesies Kacamata lain.

Sayangnya, spesies baru ini harus langsung dimasukkan dalam kategori satwa terancam punah berdasarkan kriteria International Union for the Conservation Nature and Natural Resources (IUCN).

Penggolongan tersebut dilakukan atas fakta bahwa habitat spesies baru tersebut kurang dari 5.000 kilometer persegi, populasinya terfragmentasi, hanya ditemukan di tiga pulau yaitu Malenge, Batudaka dan Togian, serta area dan kualitas habitatnya terus berkurang.

Namun Indrawan mengaku, belum tahu jumlah populasi burung tersebut. "Kami tengah melakukan penelitian lebih lanjut untuk hal itu," katanya.

Dengan penemuan spesies endemik baru ini, Kepulauan Togian telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai daerah burung endemik, karena berdasar kriteria BirdLife International, dibutuhkan dua spesies endemik agar suatu daerah ditetapkan menjadi daerah burung endemik.

Sebelumnya tim Indrawan juga telah menemukan spesies burung hantu di kawasan hutan Kepulauan Togian yang diberi nama Ninox burhani.

Sementara itu, pakar taksonomi senior, Prof Dr Soekarja Somadikarta --yang namanya diabadikan untuk nama spesies burung baru tersebut-- mengatakan, penemuan tersebut disambut luar biasa oleh dunia.

"Penemuan satu jenis burung saja itu luar biasa karena jarang. Burung lebih cepat habis atau punah karena banyak penggemarnya," kata Somadikarta yang juga menjadi Presiden Kehormatan untuk Internatioal Ornithological Congress XXV di Brazil.

Di Indonesia ada 1.598 spesies burung, belum termasuk spesies yang baru ditemukan ini, sedangkan di seluruh dunia ada sekitar 10.000 spesies burung.

Dari spesies burung yang ada di Indonesia tersebut, sebagian besar ditemukan di kawasan Indonesia Timur.

Dengan adanya penemuan ini berati menandakan bahwa semakin banyak jumlah keanekaragaman jenis-jenis burung yang ada di Indonesia. Bukan tidak mungkin kedepannya akan terungkap penemuan-penemuan baru yang serupa di daerah lain di Indonesia. Maka dari itu kita sebagai generasi muda seharusnya ikut
berusaha memberikan andil atau kontribusi kita untuk terus menjaga dan melestarikan jenis-jenis burung yang ada di sekitar kita demi anak-cucu kita kedepannya kelak.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger