Beranda

Saturday, September 6, 2008

Anthurium Tanaman Fenomenal



Tanaman mahal ini sangat mudah dirawat. Penyiraman cukup tiga hari sekali. Majalah Flora terbitan Jakarta menobatkan Anthurium sebagai tanaman fenomenal 2007. Apa yang membuat tanaman asal Amerika Selatan ini menjadi idola? Bagi kalangan awam, daun Anthurium mirip bakau atau sayuran sawi.


Namun, bagi penyuka Anthurium, justru dedaunan itu melambangkan kegagahan dengan garis-garis tekstur yang tegas.

Sebagai lambang kegagahan, tak heran kalau penyuka tanaman ini kebanyakan kaum pria. Hal ini diakui oleh Janti K Himawan, pemilik Janti'k Nursery. Menurut dia, dari semua pelanggan setia 'butik'-nya, hanya ada dua orang perempuan, selebihnya pria.


Salah satu pria penyuka Anthurium adalah Rahmat Himawan, suami Janti. ''Tekstur daun Anthurium mempunyai performa tersendiri. Bentuk daunnya tebal dan tegas, warnanya yang hijau enak dipandang. Semakin ganti daun semakin mahal harganya,'' komentar pria yang akrab disapa Wawan ini.

Anthurium yang kini harganya bombastis termasuk tanaman tahan banting. Perawatannya simple, tak perlu penanganan khusus. Karena itu, para pemula pun bisa menjadi nursery tanaman Anthurium. Untuk para pemula, Wawan menyarankan untuk waspada saat pembelian bibit, karena bentuknya yang sama sehingga sulit membedakan bibit Anthurium yang unggul dan bibit biasa. Karena itu, para pemula sebaiknya tidak membeli bibit dalam jumlah banyak, khawatir dicurangi pedagang tanaman.

Lewat biji atau bonggol
Menanam Anthurium bisa melalui biji (manggar) atau memotong bonggolnya. Pembibitan melalui biji bisa dilakukan secara alami, yaitu biji pecah sendiri lalu muncul tunas-tunas kecil. Selanjutnya, Anthurium kecil-kecil itu dipindahkan ke pot khusus. Bisa juga, butiran-butiran yang sudah matang dipijit dengan tangan, maka biji-biji Anthurium akan keluar. Sedangkan pembibitan melalui bonggol relatif lebih mudah, yakni tinggal memotong tunas yang tumbuh di umbi.

Dua cara pembibitan ini akan menumbuhkan hasil yang berbeda. Wawan telah membuktikannya. Anthurium yang berasal dari pembibitan lewat biji akan menghasilkan tanaman yang lebih rentan dibanding Anthurium yang dibibit dari bonggol. Selain itu, karakter tanaman yang berasal dari bonggol, sangat mirip dengan induknya dan tahan lama. ''Hal itulah yang menyebabkan harga Anthurium dari bonggol lebih mahal dibandingkan biji,'' tambah ayah dua anak ini.

Walaupun tidak perlu penanganan khusus, namun Anthurium membutuhkan media tersendiri. Ada yang memakai tanah atau sekam, tetapi media yang paling tepat adalah akar pakis. ''Anthurium membutuhkan sirkulasi udara yang baik dan akar pakis memenuhi syarat itu,'' kata Wawan. Akar pakis yang baik sebagai media tanam Anthurium adalah akar pakis berukuran sedang, tidak terlalu halus, dan tidak terlalu kasar. Cuci bersih akar pakis itu, jangan sampai tersisa tanah sedikit pun. Keberadaan sisa tanah akan lahan empuk bagi keong kecil dan cacing untuk bersarang. Hewan-hewan ini akan menyerang batang bawah tanaman.

Tiga hari sekali Kini, saatnya menanam Anthurium. Setelah berada di dalam pot, Anthurium cuma perlu disiram tiga hari sekali dan jangan terkena sinar matahari langsung. Sesekali beri nutrisi, namun jangan terlalu banyak karena bisa menyebabkan daun menguning dan mengecil. ''Seperti Anthurium jenis Jermanii mangkok, kalau kelebihan nutrisi, daunnya menjadi tak karuan, tidak lagi indah membentuk mangkok,'' lanjut Wawan.

Anda juga mesti mewaspadai kemungkinan hadirnya hama. Belalang dan ulat adalah hama yang paling sering menyerang daun Anthurium. Sedangkan keong kecil dan cacing menyerang akar. Jika suatu kali daun Anthurium Anda dimakan belalang atau ulat, segera saja bersihkan lalu beri obat. Perhatikan dalam kurun waktu seminggu. Jika tak ada perubahan, berarti kondisi daun sudah parah. ''Potong saja,'' saran Wawan. Bagaimana jika batang yang diserang? Beri fungisida supaya tidak busuk. Jika dirawat dengan baik, Anthurium akan tumbuh dengan cepat. Kalau akar sudah muncul (naik) dan kelihatan sesak, ini pertanda Anda harus segera mengganti pot ke ukuran lebih besar. Bagaimana cara memindahkannya? Tak perlu repot-repot. Pukul-pukul saja sekitar pot, maka tanah yang tercetak dalam pot akan mudah dikeluarkan. Nah, tinggal pindahkan ke pot baru yang lebih besar.

Anthurium banyak jenisnya. Kini, yang sedang naik daun adalah jenis Jermanii. Jenis itupun banyak turunan-nya. Ada Jermanii kobra (bentuk daunnya mirip kepala ular kobra), Petruk (daunnya panjang mirip hidung petruk), dan Tombak.

Anthurium sirih dan keris juga banyak diburu karena bentuknya eksotik. Harganya bisa mencapai Rp 6 juta jika daunnya sudah rimbun. Ada lagi Anthurium jenis Wafe of Love yang daunnya bergelombang. Hanya saja, pamor Anthurium jenis ini mulai redup.

dicuplik dari:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=297751&kat_id=340&kat_id1=&kat_id2=

Nama Yang Cantik, Secantik Bunganya... Amaryllis



Sepanjang beberapa tahun ini bunga Amarillis tampak menghiasi halaman rumah-rumah. Kebanyakan berwarna merah dan kadang bercorak garis merah dan putih. Bunga ini tampak cantik sekali karena warnanya dan bentuknya.

Sekali berbunga bisa mencapai 4-6 kuntum. Bentuknya seperti terompet bunga Lili dan besar bunganyapun hampir sama. Mungkin karena kemiripannya ada yang menyebut nama bunga ini Leli.

Amaryllis atau Hippeastrum?
Bunga ini ternyata bukan berasal dari Indonesia. Menurut referensi internet, bunga ini berasal dari daerah Amerika Selatan dan sebagian Afrika. Brasilia dan Argentina menyumbang cukup banyak spesies bunga ini.

Sebenarnya bunga ini dikenal bernama latin Hippeastrum. Sedangkan Amaryllis merupakan nama genusnya (Amarylliceae). Nama hippeastrum lebih dikenal di luar negeri, di Indonesia biasa disebut Amarilis atau Lili.

Hippeastrum punya cukup banyak jenis atau spesies. Contohnya spesies dari Brazil yang terkenal adalah H. Papilio, H. Reticulatum, Worsleya Reyneri, dan lainnya. Tapi saat ini yang terkenal adalah hibrid atau silangannya saja.

Warna dan Corak Bunga Yang Menarik
Warna bunga dari Hippeastrum ini sangat menarik. Ada yang berwarna putih, hijau, merah, merah muda, biru, kuning dan krem. Juga coraknya ada yang bergaris-garis merah muda diatas warna putih, ada juga yang bercorak seperti batik. Selain itu juga ada kelopak bunga ganda (seperti doxon di adenium) yang merupakan hasil silangan.

Karena kecantikannya inilah maka saat ini hasil silangannya sudah banyak bermunculan di dunia dan menjadikan Hippeastrum naik tingkat dari tanaman lanscape menjadi tanaman hias.

Bonggol Mirip Bawang Bombay
Kalau melihat keseluruhan sosok dari Hippeastrum ini seperti kita melihat sosok bawang bombay. Bonggolnya beruas-ruas dan munculnya tunas dari ruas2 tersebut. Karena kemiripannya dengan bawang bombay ini maka untuk memperbanyak Hippeastrum salah satunya adalah dengan mencacah bonggolnya seperti halnya bawang bombay.
Ketahanan bonggolnya saat tidak ditanam juga sebaik bawang bombay. Hippeastrum masih dapat bertahan walau bonggol tidak diletakkan di media selama lebih dari 1 bulan. Hanya saja supaya tidak cepat 'gembos' bonggolnya, Hippeastrum harus diletakkan di tempat yang sejuk dan lembab.

Berumur Panjang dan Berbunga Musiman
Siapa sangka ternyata tanaman bunga ini bisa mencapai 50 tahunan? Seorang hobiis dari Amerika melaporkan dan menunjukkan fotonya kalau ia memiliki Hippeastrum yang usianya lebih dari 50 tahun. Selama 50 tahun itu ternyata Hippeastrum rajin berbunga setahun dua kali.
Musim berbunga Hippeastrum dimulai sejak bulan September hingga Maret. Tapi tidak semua Hippeastrum menganut jadwal berbunga seperti ini, bahkan ada yang tidak berbunga setelah berbunga sekali.

Perawatan
Kalau Hippeastrum tidak berbunga pada masanya kemungkinan kurang nutrisi. Pemupukan yang berimbang juga diperlukan untuk tanaman ini, selain juga media yang cocok. Medianya juga tidak rewel dan tidak mahal. Cukup ditanam di tanah biasa saja. Kalau mau masuk pot sebaiknya pakai media yang poros dan kaya nutrisi. Campuran pupuk kandang/kompos dan tanah biasa dapat dipakai sebagai media dalam potnya.
Peletakkan Hippeastrum di tempat yang terkena cahaya penuh dapat membantu menyehatkannya karena tanaman ini menyukai sinar matahari langsung. Tapi diletakkan di dalam rumahpun saat berbunga juga tidak bermasalah, asalkan sirkulasi udara baik.

Pengganti Bunga Potong
Bagi yang menyukai bunga potong saat acara2 menjamu tamu di rumah dapat menggantikannya dengan Hippeastrum ini. Tidak perlu memotong Hippeastrum untuk meletakkannya sebagai bunga Hias. Hanya tinggal menyediakan pot cantik dan beberapa bunga Hippeastrum yang sedang mekar didalamnya. Bunga dapat bertahan 4-6 hari. Bukankah ini menjadi alternatif yang lebih menarik?

dicuplik dari http://www.kebonkembang.com/content/view/26/33/

Pachypodium - Tanaman Purba dari Afrika



Tanaman purba yang bernama "Pachypodium" ini sebenarnya sudah ada sejak jaman prasejarah, jutaan tahun yang lalu, dan uniknya tetap bertahan lestari hingga sekarang. Oleh karena kelangkaan dan keunikannya itulah, maka tanaman ini banyak diburu dan dicari oleh para kolektor dan pecinta tanaman hias.


Bahkan tanaman yang sudah dewasa harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Kalau pamor dan pesona tanaman hias gelombang cinta saja yang terbukti mendulang rupiah, maka tidak diragukan lagi bahwa tanaman Pachypodium ini juga menjanjikan rupiah yang tidak sedikit.

Bahkan saking larisnya, tanaman yang berasal dari habitat aslinya di benua Afrika ini telah tercatat sebagai tanaman langka dunia yang harus dilindungi, hingga tindakan penyelundupan bibit maupun bijinya keluar dari Afrika saat ini bisa diancam dengan hukuman berat.

Dengan kondisi yang demikian inilah, nilai jual tanaman hias ini semakin melambung tinggi, karena semakin langka dan semakin jarang dijumpai. Namun untunglah, beberapa nurseri dan rumah pembibitan tanaman hias terkemuka di Indonesia sudah berhasil menangkarkan dan memperbanyak tanaman ini hingga kita para pecinta tanaman hias di Indonesia pun dapat turut menikmati keindahan tanaman eksotis nan langka ini.

Tanaman Pachypodium yang ada di Indonesia biasanya didatangkan tidak langsung dari Afrika, melainkan melalui negara lain (negara perantara) seperti misalnya Thailand, Taiwan, Australia, hingga Amerika.

Profil mengenai tanaman hias Pachypodium bisa Anda baca di blog PACHYPODIUM INDONESIA, yang beralamat di:

http://pachypodium-indonesia.blogspot.com

Pakis Monyet, si Bule dari Hutan



Tanaman Pakis saat ini mulai dilirik para pehobby tanaman hias. Jika tanaman hias lainnya yang membuat indah tanaman tersebut adalah bunga atau daunnya, kalau Pakis Monyet justru batangnya yang berbulu pirang, mirip monyet dalam film Kera Sakti tersebut. Ada beberapa nama julukan pada pakis ini, ada yang memberinya nama pakis mas, ada juga yang menamainya pakis sun go khong. Tanaman Pakis saat ini mulai dilirik para pehobby tanaman hias. Jika tanaman hias lainnya yang membuat indah tanaman tersebut adalah bunga atau daunnya, kalau Pakis Monyet justru batangnya yang berbulu pirang, mirip monyet dalam film Kera Sakti tersebut. Ada beberapa nama julukan pada pakis ini, ada yang memberinya nama pakis mas, ada juga yang menamainya pakis sun go khong.

Fenomena ini tentu cukup menarik bagi industri tanaman hias, mulai dari penghobi, kolektor, dan tentunya penjual. Padahal dulunya pakis monyet merupakan tanaman yang tumbuh di hutan-hutan tropis yang teduh. Namun karena kelucuan batangnya yang berbulu indah, si pakis inipun beralih jadi hiasan yang indah di rumah. Bahkan dari beberapa jenis pakis, dipastikan sebagai jenis pakis yang jarang dan langka, sehingga dengan memilikinya, jadi kebanggaan tersendiri.

Ada beberapa jenis pakis yang saat ini sudah dilirik para pehobby tanaman hias tropis. Selain Pakis Monyet adalah pakis haji, pakis tapak gajah, pakis gajah, dan pakis kendil.

Pakis monyet yang tumbuh sehat dapat dilihat dari kondisi bulu yang tumbuh segar, serta warna bulu yang cerah dan tebal. Tinggi tanaman pakis ini bisa tumbuh lebih dari 2 meter pada alam asalnya. Selain bulu yang „bule“ pada batangnya, juga pada tangkai daunnya yang dapat dibentuk pada saat tangkai tersebut masih muda. Caranya dengan mengikat tangkai sebelum tumbuh daun-daun secara sedikit demi sedikit, dengan bentuk sesuai dengan keinginan kita, seperti membentuk bonsai. Pembentukan tunas daun ini dilakukan supaya, tangkai daun tidak terlalu panjang menjolor. Kemudian pembentukan ini dilakukan agar pohon pakis ini terlihat tambah indah.

Namun ada juga pehobby pakis, yang selalu memotong tangkai daun pakis monyet saat tangkai tersebut mulai tumbuh daun. Karena katanya pakis monyet itu yang indah adalah saat tunas baru tumbuh. Saat inilah bentuknya mirip monyet, dengan ekor yang melingkar. Anaknya justru seneng melihatnya.

Panjang tangkai daun bisa mencapai 150 cm, dengan tulang daun yang keras.
Batang daunnya yang masih muda melingkar seperti ekor monyet sehingga terlihat seperti punggung monyet yang sedang menungging. Bulu pada batang pakis ini memang sudah tumbuh saat pakis ini masih kecil dan bulunya ini lah yang membuat pakis ini menjadi menarik.

Wajar bila tanaman ini menjadi kegemaran, karena dapat menghilangkan strees saat kita memandangnya. Pakis monyet sendiri saat ini menjadi satu jenis pakis yang sedang di-'uber-uber' kolektor dan juga pebisnis, dengan harapan bisa menjualnya kembali. Apalagi jenis ini masih sangat langka di pasaran dan tentunya akan jadi koleks eksklusif apabila bisa memilikinya.

Harga jual Pakis monyet ini sekarang sudah mulai naik, bahkan untuk pakis yang sudah jadi, dan pernah ikut pameran sudah mencapai Rp 1 juta. Harga yang diberikan tentu cukup mengejutkan, namun di tangan kolektor, harga seperti itu bukan lagi jadi masalah. Yang penting adalah kepuasan.

Cara penanaman dan perawatan pakis

Menanam dan merawat pakis monyet ataupun jenis pakis secara keseluruhan cukup mudah asalkan memperhatikan empat unsur utama, yaitu sinar matahari, suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara. Unsur tersebut 'wajib' diketahui oleh pemilik pakis, apalagi yang baru menempati iklim baru.

Pakis monyet tidak memerlukan banyak sinar matahari secara langsung karena dapat membuat daun-daunnya menjadi kuning dan kering, tetapi harus ada sinarnya masuk menyinari. Jika tanaman ini akan titempatkan pada taman, harus ada pelindung yang dapat melindungi sinar matahari secara langsung. Bahkan pada pakis gajah, sinar matahari membuat daunnya menjadi layu dan mati. Ini sesuai pada alam aslinya, pakis-pakis tersebut tumbuh pada hutan dataran tinggi yang jarang terkena sinar matahari langsung. Karena terlindungi oleh pohon-pohon besar. Sebaiknya pakis monyet diletakkan pada teras atau ruangan taman di dalam rumah.

Untuk suhu, diusahakan mendekati ideal pertumbuhan pakis di kisaran 14-28° C, sebab dengan suhu optimal, maka klorofil akan berkembang maksimal. Makin banyak klorofil dalam suatu daun, maka warna yang ditimbulkan makin tajam dan mengkilat..Kelembaban yang diharapkan berada dikisaran 80-90% dengan harapan bisa menghindarkan dari kerusakan. Untuk kelembaban berlebih akan mudah terkena penyakit, seperti cendawan. Sedangkan terlalu kering, membuat daun kering dan keriput.

Juga yang perlu diperhatikan adalah sirkulasi udara, sebab makin lancar udara bergerak, maka makin mudah tanaman mendapatkan yang dibutuhkan. Terutaman untuk pakis yang ditanam di dalam ruangan. Untuk tanaman yang ditempatkan di luar ruangan mungkin tidak terlalu bermasalah.

Media yang baik untuk tanaman pakis, adalah campuran tanah pupuk kompos, serpihan pakis (media dapat dibeli pada penjual tanaman hias).

Penyiraman pakis dilakukan minimal 1X sehari, supaya bulu pakisnya kelihatan tidak kuyu, sebaiknya disiram pada tanah sekelilingnya saja, usahakan jangan terkena bulunya. Atau jika telah berdaun, daunnya dapat di semprot pakai semprotan air.

dicuplik dari http://www.kebonkembang.com/content/view/12/33/

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger