Beranda

Wednesday, November 4, 2009

Profil Riyanni Jangkaru, Presenter Jejak Petualang Idolaku


Sosok gadis muda ini memang tak asing lagi. Petualangannya menelusuri gua, mendaki gunung, arung jeram, dan masuk ke pelosok terpencil di sudut-sudut perkampungan Indonesia, sudah dapat kita saksikan dalam “Jejak Petualang”, sebuah program dokumenter yang dalam setiap tayangannya berusaha menjadi cermin dari kehidupan manusia yang tampil alami, sekaligus berkomitmen menyajikan kehidupan sebagaimana adanya.

Riyanni Djangkaru. Ia adalah salah satu dari sekian banyak calon presenter yang lolos seleksi ketat untuk bisa jadi presenter program “Jejak Petualang”. Saingannya adalah para pecinta alam, model, bahkan peragawati. Kualifikasi yang harus dipenuhi presenter “Jejak Petualang” memang termasuk berat dan tidak seperti kualifikasi presenter biasanya. Persyaratan yang dikeluarkan TV7 waktu seleksi adalah untuk gadis yang tidak hanya berparas cantik dan menarik, tapi juga harus pintar, berwawasan luas, dan menyukai kegiatan alam bebas seperti naik gunung, arung jeram, masuk gua (caving), dan menyelam (diving). Dari ratusan presenter yang ikut casting, gadis dengan tinggi badan 168 cm inilah yang akhirnya terpilih.

Berbagai persyaratan keras itu memang dibutuhkan, karena tidak seperti presenter program acara lain yang hanya dibutuhkan kehadirannya di studio TV satu hingga dua jam saja, “Jejak Petualang” menuntut sang presenter untuk hadir 24 jam penuh dalam satu hari dan masuk ke berbagai lokasi syuting di pelosok tanah air selama berminggu-minggu.

Toh Riyanni tidak keberatan. Terjun langsung dalam proses produksi “Jejak Petualang” dianggapnya sebagai sebuah pengalaman baru yang menyenangkan, yang meskipun berat, tapi layak dijalani.

Rumitnya perjalanan dalam produksi “Jejak Petualang” dan sering melihat anggota tim bekerja, rupanya membekas juga di hati Riyanni. Ia malah sempat berpikir ingin menjadi reporter kelak jika sudah lulus dari kuliah nanti. Riyanni mengaku memperoleh banyak ilmu mengenai dunia jurnalistik yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

High and Low di Jejak Petualang

Berbagai tempat menarik sudah dikunjungi oleh Riyanni. Riyanni mengaku perjalanan paling berat adalah ketika mendaki gunung Rinjani saat mempersiapkan episode “Kampung Loloan di Lombok”. Waktu itu nafasnya satu dua dalam pendakian ke puncak tertinggi ketiga di Indonesia (3726 meter di atas permukaan laut). Pendakian ke puncak Rinjani dari base camp terakhir di Plawangan Sembalun memang berat. Selain rute perjalanan yang menanjak tajam, berpasir sehingga kaki semakin berat melangkah, kadar oksigen yang ada pun sangat tipis, sehingga Riyanni dan kru TV7 lain hanya mampu berjalan dua langkah untuk kemudian berhenti dan menarik nafas. Kondisi ini semakin parah ketika malamnya Riyanni muntah-muntah akibat masuk angin. “Ini gara-gara aku mandi di Segara Anak kayaknya,” ujar Riyanni.

Paling asyik memang waktu syuting di Kampung Deru di kabupaten Ngada, NTT. “Selain udaranya sejuk, penduduknya juga ramah-ramah, di sini rasanya betah berlama-lama,” senyum Riyanni. Tim “Jejak Petualang” ketika itu harus menginap di Kampung Deru selama tiga malam untuk menyaksikan penduduk kampung menggelar Pesta Reba, pesta perdamaian antar suku yang juga pesta untuk mengucap syukur kepada leluhur atas hasil panen yang mereka terima.

Mungkin ada satu pengalaman paling unik yang tidak akan pernah bisa dilupakan Riyanni. Waktu itu tim “Jejak Petualang” sedang meliput ritual upacara adat “Rayaguban” di Sumedang. Tetapi sesudah mengikuti salah satu ritual yang mengharuskan Riyanni ikut jiarah ke makam leluhur, ia jatuh sakit. Badannya dingin, dan hidungnya tersumbat. Tukang urut yang memijatnya mengatakan bahwa ada mahluk halus yang masuk ke dalam tubuhnya. Setelah itu datang seorang “pintar” dan Riyanni dibacakan doa-doa pengusir roh halus. Dan tiba-tiba, jreng!! Riyanni sehat seperti sedia kala. Lucunya si orang "pintar" itu menambahkan lagi kalau roh halus yang masuk ke tubuh Riyanni tidak bermaksud mengganggu, tapi hanya berniat untuk kenalan saja. Ya ampun...

Tapi gadis manis ini tidak lantas menjadi kapok. Dengan semangat empat lima, ia terus melakukan petualangan. Lihat saja kulit putihnya sekarang sudah jadi kehitaman. “Ah cuek aja, ntar juga putih lagi,” katanya sambil tertawa. Mungkin malah jadi tambah hitam ya, kan kamu terus berpetualang.

Anak pertama dari empat bersaudara ini mulai terkenal sejak menjadi presenter Jejak Petualang tayangan TV7 tahun 2002 - 2006. Riyanni semakin terkenal di pertengahan tahun 2005, karena virus dengan namanya menyebar dan menginfeksi banyak komputer.[1]

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor ini sekarang masih bekerja di dunia pertelevisian meski tak lagi menjadi presenter "Jejak Petualang". Riyanni terlihat di Trans 7 dalam "Redaksi Pagi" sebagai presenter "Jalan Pagi" serta Sportawa.

Awalnya wanita berdarah Garut dan Palembang ini ingin menjadi news presenter. Meski lowongan untuk presenter olahraga telah lewat, Riyanni tetap mengirimkan lamaran. Setelah menyisihkan ratusan orang, wanita dengan tinggi 168 cm ini pun didapuk menjadi presenter Jejak Petualang.

Riyanni menikah dengan Deni Priawan pada bulan Februari 2006. Dari pernikahan ini, mereka telah mempunyai seorang anak, Brahman Ahmad Syailendra.

Tentang Riyanni

Biodata :

Nama : Riyanni Djangkaru.

Tempat / tanggal lahir : Bogor, 31 Januari 1980.

Tinggi : 168 cm. Berat : 48 kg. Hobi : Membaca dan travelling.

Binatang yang paling disukai : Ular.

Binatang yang paling dibenci : Ulat bulu.

Makanan kesukaan : Rujak buah dan Pempek.

Bintang : Aquarius.


2 comments:

  1. udah lama ngga nongol di acara jp..kangen nich,,skrng bawain acara apa di tv..

    ReplyDelete
  2. wah halaman yang baik serta aktikel yang bagus dan bermanfaat. ditunggu postingan berikutnya yaa ..salam

    ReplyDelete

Untuk siapa saja yang mengunjungi blog ini silahkan beri komentar, kritik, atau saran demi perbaikan blog supaya lebih bagus hasilnya kedepan.
Terimakasih.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger